Rabu, 13 Juli 2011

detik berikutnya

 …pada detik berikutnya yang aku kira akan bahagia, tiba-tiba menjadi begitu kelam, pekat, dan membunuh semua bahagia yang aku ingin dan aku tawarkan. Perih ini bagiku lebih perih dari disakiti, karena perih ini berasal dari kebodohan dan kesalahanku yang menyakiti. Pada detik berikutnya, aku merasa salahku takkan pernah bisa diperbaiki walau seribu tahun aku hidup untuk menebus salahku. Tapi ketika detik berikutnya berlalu, membuatku merenung dan beberapa hembusan pikiran-pikiran jernih melintas sejenak pada alam jiwa rapuhku, membuat tersadar aku adalah manusia yang tak sempurna, dan semua salahku juga salah yang tak sempurna, selalu ada celah terbuka untuk kumasuki dan perbaiki, bahkan untuk semua yang pernah menjadi kesalahan.
Detik-detik yang berlalu akan terus menjadi sia-sia jika aku hanya merasa sanggup menjadi putih. Detik-detik yang berlalu berikutnya harus kujalani dan kucari celah salahku itu, dan akan aku perbaiki setiap keping yang hancur karena kusakiti. Yang aku tahu, tak akan mudah tujuan baruku. Yang aku tahu, akan butuh waktu yang tak sebentar untuk tujuan baruku. Jika seribu tahun tak akan bisa memperbaiki salahku, maka akan kulewati sepuluh ribu tahun, jika masih tak terwujud, akan kulewati seratus ribu tahun, dan jika masih tak terwujud juga, akan kulewati hari hingga ujung masa. Dan bila esok adalah akhir dari masa, takkan kubiarkan waktu terakhirku menjadi bualan omong kosong dan kesia-siaan, maka akan kulewati detik terakhirku tuk membuktikan padamu bahwa semua hal telah kulakukan tuk memperbaiki semuanya dan akan kubuktikan padamu bahwa diriku telah berubah, jadi lebih baik…

0 komentar:

Posting Komentar

prev next