Rabu, 13 Juli 2011

Malam ini aku meradang

Malam ini gelisah meradang
Rasanya aku kalap ingin menulis kata
Terbata-bata mengungkapkan rasa


Tak tahu bicara tentang apa
Hanya ingin menulis isi hati


Apa ini karena kemarin ditimpa kesialan bertubi-tubi?
Sekarang pikiranku berantakan
Keping hatiku berserakan


Mendung dan satu dua buah gemintang
Bukan padanan tepat untuk suasana seperti ini
Mendung, mendung saja kau langit
Sekalian datangkan badai agar tak merasa sendirian
Jangan genit seperti itu kau gemintang
Menggoda mata melihat cahayamu yang tak terang
Sekalian ajak lainnya bersinar malam ini
Agar aku bisa bercerita dalam kesepian


Ingin menyalahkan keadaan
Mengapa ia melahirkan harapan?
Jauh-jauh hari kuputuskan tak peduli
Tapi tetap saja ia merayuku tuk mencoba


Ingin menyalahkan keadaan
Mengapa ia tetap saja melahirkan harapan?
Telah kuputuskan menyerah dalam perjalanan
Sial, ia tetap saja menarikku ke dalam permainan rasa


Sekali lagi ingin menyalahkan keadaan
Mengapa ia selalu melahirkan harapan?
Sekarang apa yang kudapatkan dari harapan,
Hampa, sesak, kecewa menatap semuanya sia-sia


Seharusnya kudengarkan bisikan hati saat itu
Sebelum meletakkan harapan dalam ketidakpastian
Seharusnya kecewa ini tak datang
Bila memang bisikan hati kudengarkan


Lalu sekarang siapa yang peduli?
Kenapa kau diam, hai keadaan…!
Apa ikut menyesal?


Apa memang aku yang tolol?
Hanya diam, padahal jutaan rasa terpendam
Dan selalu bersembunyi dibelakang tarian kata
Apa aku memang yang tolol?


Atau, apa aku hanya terlambat?
Mendaftar saat pertandingan telah usai


Atau, apa Tuhan tau aku tak pantas bertanding?
Lalu kenapa harapan itu lahir?
Aku hanya bertanya, bukan menyalahkan


Besok, awan masih sama
Bergelantungan diantara jemari langit
Mencoba menenangkan para peragu
Besok, udara masih sama
Polusi menyesaki jalanan metropolitan
Menghalangi kebebasan nafas anak desa


Berdamailah denganku, keadaan, aku mohon
Aku hanya ingin duduk manis walaupun memikul beban
Berdamailah denganku, keadaan, aku pinta
Aku hanya ingin tersenyum walaupun tergores luka
Sepertinya kau mendengarkan
Berjanjilah, kapan kau tepati?


Beberapa hari ini malam mendendangkan lagu sendu
Terimakasih bila itu untukku
Tapi aku bosan, bisakah kau mainkan nada-nada mayor dengan pianomu?
Hibur dengan lagu-lagu jatuh cinta atau tentang impian manusia
Atau sekedar ceritakan padaku kabar anak-anak Afrika?
Biar aku tahu,
Apakah bebanku sama dengan beban berat mereka?
Kemiskinan, kelaparan, peperangan, penyakit AIDS
Sebandingkah dengan gelisah punguk patah hati?


Sudah, sudah…
Memang ini sangat menyesakkan
Membuatku menemukan jutaan alasan tuk menyerah
Dengan berat hati ku akui keadaan lagi-lagi melahirkan harapan
Di depan pintu coklat itu
Kutemukan milyaran alasan melompat-lompat tak sabar
Menguatkanku tuk bertahan, tuk terus berjuang


Malam ini gelisah meradang
Rasanya aku kalap saat menulis bait-bait puisi
Terbata-bata mengatakan rasa


Tak tahu telah bicara tentang apa
Hanya menulis isi hati yang orang lain tak mau peduli

0 komentar:

Posting Komentar

prev next