Rabu, 13 Juli 2011

MENDUSTAKAN KEMUNAFIKAN

Pada keharusannya yang semestinya tak ada
Aku memberanikan diri mencuri dengar
Sehingga semua yang dulu hanya kabut
Sekarang mulai tampak jelas warnanya
Pada perilaku yang semestinya tidak terjadi
Aku menengadahkan wajah seorang pendiam
Menatapi remang-remang cahaya yang kau pancarkan
Dengan perlahan dan teliti
Aku telusuri kembali jejak-jejak yang awalnya aku anggap wajar
Namun kini telah tersadari
Debunya terlalu mengotori rumah di kanan kiri jalan
Pada sifat yang tak seharusnya menjadi
Aku merenung lagi dalam-dalam
Memikirkan masa depan yang semakin terlupakan dari tujuan dan harapan
Membaca cerita yang mulai dirangkai
Dan akhir ceritanya tak satupun orang mau angkat bicara
Maka aku simpulkan di sini telah disetujui sebuah kemunafikkan
Melindungi istana memang tugas seorang kesatria
Tapi di sini sang raja telah menjadi lambang yang telah dihinakan
Dihinakan oleh sang ratu nafsu
Cerita ini telah tertera dengan lembut dan menyayat di hati
Bukan hanya aku
Tapi siapa-siapa yang meminum air dari telaga bertuan raja
Aku tinggikan kepalanku
Dan semoga kalian juga mulai mengerti
Tegakkan tangan kalian
Disini kemunafikkan besar kembali diretas
Sejarah hanya berpihak kepada yang menang
Dan aku tak mau sejarah kelam menikahi negeri kita
Demi kepercayaan yang tak lagi dimaknai oleh sang raja
Aku beritakan kepada kalian
Telah terlalu manja dan tak wajar jika kita tetap menutup mata
Namun pilihan jalan yang membagi dirinya menjadi dua
Terletak pada hati peminum air telaga
Menyetujui kemunafikkan dan menikahkan masa kini dengan sejarah kelam
Atau menampar mulut-mulut menjijikkan dengan hak berkata
Dan meriaskan senyuman bagi anak cucu peminum telaga dengan tuan yang lainnya


“…puisi ini tentang kekecewaan saya terhadap “dia” yang mulai merasa segalanya bisa dikuasai, merasa dia bisa menjadi raja. Tapi maaf tuan, hati ini tak bisa dibeli dengan kekotoran itu. Lebih baik anda memperbaiki diri sekarang juga, atau tragedi Soeharto akan kembali terjadi. Atas nama anak bangsa, mempertaruhkan masa depan adalah tanggung jawab kami. Selamat malam tuan, saya kecewa pada anda…”

0 komentar:

Posting Komentar

prev next