Rabu, 13 Juli 2011

never told

 Kalian mungkin nggak pernah bisa bayangkan bagaimana bahagianya aku bisa lolos SNMPTN untuk kedua kalinya. Banyak hal aku pertaruhkan untuk mendapatkannya, hampir semua yang aku punya, nama baik orang tua, ekonomi, persahabatan, kenyamanan yang udah aku punya, cinta, dan harga diriku aku pertaruhkan, sebagian dari yang aku punya itu harus aku tinggalkan hanya untuk mendapatkan tempat duduk di UNAIR.
Aku harus rela banyak orang bilang orangtuaku ngak tegas, dan suka buang-buang uang, padahal aku pindah untuk ngejar cita-cita, bukan karena aku punya banyak uang. Kenyamanan yang udah aku dapat harus rela aku tukar dengan ketidakpastian hidup ditempat baru, perlu banyak adaptasi. Cinta, siapa yang nggak butuh cinta, disaat aku hampir mendapatkannya, aku harus rela meninggalkannya, walaupun berat. Kenyataan pahit lainnya, harga diriku harus aku relakan diinjak-injak orang-orang yang memandang tindakanku ini gila, bodoh, dan nggak guna. Satu hal yang paling berat aku tinggalkan adalah persahabatan, kami sudah seperti keluarga saat itu, membangun persahabatan sekeping demi sekeping, nggak hanya butuh waktu satu dua hari, satu dua momen, atau satu dua cerita, kita juga menghabiskan milyaran peluh. Mereka semua takkan pernah tergantikan sedikitpun, kepingan puzzle hidupku yang terpisah. Menyebalkan, saat aku sadar mereka adalah salah satu bagian terpenting dari hidupku, saat itu juga aku harus meninggalkan mereka. Aaah…kenapa sadarnya nggak dari dulu. Kenapa juga harus ditinggalin….?!!
Aku harus rela menerima itu semua demi satu hal, impian. Demi impian, aku rela meninggalkan kesedihan, dan segera ingin bertemu dengan teman seperjuanganku, memberi senyuman terbaikku.
Tapi sekarang apa yang aku dapat? Nol besar.
Kelas ini hampa, egois ada dimana-mana, disetiap wajah yang acuh tak mau saling mengenal, disitulah aku melihat kekecewaan.
Aku orang pertama yang bilang “TAIK!” pada kelas ini. Aku orang pertama yang kecewa dengan kelas ini. Aku orang pertama yang muak dengan tingkah laku kelas ini. Aku orang pertama yang ingin segera enyah dari sini. Aku orang pertama yang enggan membuka pintu kelas, duduk manis sambil mendengarkan penjelasan membosankan dosen, lebih memilih tidur dikosan, lari dari kenyataan bahwa kalian semua memuakkan.
Sejenak, diantara kesedihan ini terlintas lamanya kuliah disini. Apa mungkin aku akan terus lari dari kalian selama lima tahun? Tidak mungkin! Aku hidup didunia, bukan hidup dikelas, aku hidup didunia, bukan hidup di fakultas, aku hidup sebagai makhluk sosial, walaupun dikelas banyak persaingan yang membuat mahasiswa jadi individualis, aku tetap butuh orang lain, setidaknya untuk memberitahuku tugas apa yang diberikan, memberitahuku bagaimana cara menulis laporan, atau sekedar meminjamiku stipo saat aku butuh. Setidaknya seperti itu, tapi aku ingin lebih dari itu, aku ingin salah satu hal paling berharga didunia ini, ya, aku ingin persahabatan.
Persahabatan? Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan dari individualis egois seperti kalian? Hati kecilku berkata mungkin, dan sejenak membawaku ke memori tahun lalu, saat aku juga jadi mahasiswa baru seperti kalian.

0 komentar:

Posting Komentar

prev next