Rabu, 13 Juli 2011

Sampah Masa Lalu

Pada suatu kisah :
…aku merasa perjalanan cintaku belum sempurna. Bukan karena baru 3 kali aku punya kekasih, ehmm…kalau boleh cinta monyet dimasukkan hitungan, berarti 4 kali aku punya kekasih. Aku merasa belum dewasa dan belum cukup, walaupun ada kedewasaan disetiap perjalanannya. Setiap kekasih mengajarkan banyak hal yang sebelumnya belum kita mengerti, aku menempatkan mereka “lebih” daripada aku. Terlebih kekasih yang terakhir, banyak sekali arti hidup, semangat, dan mimpi yang dia ajarkan. Mulai aku yang bukan siapa-siapa, berani menjadi seseorang yang bisa member arti, itu semua karena dia.
Bagaimana dulu aku yang pemalas menjadi seseorang yang mau “sedikit” berjuang hanya untuk sebuah nilai ulangan. Bagaimana dulu aku yang pemurung kau ajari berjuta kebahagiaan hingga aku tak berhenti tersenyum. Kemenanganmu yang kau tunjukkan padaku senantiasa membuatku bangga memilikimu. Lincah gerakmu mengajariku semangat pagi yang selalu menyala walau malam telah menutupi langit dan bumi. Sakit yang kau berikan pun mengajarkan sulitnya sebuah cinta dijalani. Banyak hal dariku menjadi positif pada akhirnya.
Aku masih ingat manis wajahmu, sejuk senyummu, lembut sentuhanmu, gemulai tangismu, luas wawasanmu, lincah manjamu. Yang pada akhirnya aku terpaksa melepasnya, karena tak bisa lagi dipertahankan. Tak akan bisa karena kesalahanku yang sangat mengkhianati dirimu dan Tuhanku. Telah aku tunjukkan begitu besar penyesalanku. Telah aku buktikan perbedaan diriku. Telah aku berikan pengertian yang kau inginkan. Dan telah ku pilihkan pendamping yang sangat jauh lebih baik daripada aku dan “dia”. Maaf yang kau miliki telah kau berikan. Kita sepakat, untuk tak saling bertemu, atau sekedar menghubungi. Kita tahu dan kita merasakannya, berat, tak biasa, yang pada akhirnya kita masih mengingkari janji kesepakatan.
Adek…ya begitu kau memanggilku setelah perpisahan status kita, dan Mbak…begitu aku memanggilmu. Begitu ingat aku akan hari itu, di mana awal hubungan kita dimulai dari hujan yang memayungi kita. Dan uniknya hujan juga yang mengakhirinya.
Tha…entah apa isi hatimu saat ini, aku tak mengerti, yang aku mengerti hatimu untuknya, dipenuhi dirinya, dan mencintai dia. Dengan sangat terpaksa, mungkin juga karena kau mengingkari janji, aku ikut mengingkari kesepakatan itu. Tapi kau juga tahu kan aku menemui teman-teman kita, bukan dirimu. Kala itu hanya sekali aku menginginkan memandangmu, setelah itu, tak sekalipun. Sudah aku perkirakan, wajahmu takkan ramah lagi untukku, dan aku terima. Dengan segenap kekecewaan, hanya beberapa orang yang mengerti penyesalan yang telah dan sedang aku jalani. Mungkin termasuk dirimu yang mengerti apa yang sedang aku lakukan.
Doaku untukmu, semoga setiap mimpi yang pernah kau ucap, terwujud. Semoga kau selalu dilindungi Allah dari segala macam godaan. Mimpimu dan semangatmu lebih besar dariku, niatmu begitu tulus dan suci, Allah menyayangimu, itu yang aku yakini. Kau selalu mendamba cinta yang dewasa, dan seperti yang pernah aku katakan dan kita perdebatkan, akhirnya kau memilikinya. Akhirnya terbukti kan kata-kataku. Jika yang kau yakini adalah yang terbaik, maka dia akan menjadi yang terbaik. Janganlah kau berlari-lari ke hati yang lain hanya untuk mencoba-coba lagi kali ini, cukup, begitu juga yang kau katakan padaku setelah pisah. Aku berdoa dia yang terbaik bagimu, dan jika Allah merestui doaku, biarkan dia menjadi yang halal bagimu.
Ingat ucapanku, karena aku tidak hanya berbicara asal-asalan. Mulai beberapa waktu yang lalu, tak ada lagi ada rasa di hatiku untukmu, begitu juga dirimu. Kita sama-sama telah memiliki kehidupan baru yang bahagia. Dan seperti yang kita sepakati, aku akan berusaha tak menghubungimu lagi, bahkan hanya sekedar tahu kabarmu ataupun tentangmu. Dan tolong jangan lagi hubungi aku, karena sedikit saja tentangmu akan membuatku merasakan penyesalan yang dalam lagi.
Hatiku kali ini telah aku kosongkan, tak ada siapa-siapa di dalamnya termasuk dirimu. Yang aku bicarakan adalah hari ini, jadi aku tak mengerti apa yang kan terjadi esok hari. Aku hanya bisa menyimpulkan, hati ini telah kosong dan siap diisi kisah baru, aku tak tahu apa itu orang lain atukah juga mungkin kembali…dirimu yang mengisi, walaupun kemungkinan itu terlampau dikhayalkan.
Selamat tinggal…semoga semuanya menjadi lebih baik, karena aku yakin Allah sedang berbicara dan mengajari sesuatu hal kepada kita…

0 komentar:

Posting Komentar

prev next