Senin, 09 Mei 2011

cerita bersambung

    Jatuh cinta bagi sebagian orang bukanlah hal yang sulit. Kenalan, tuker nomer hape, ngedate, jadian. Bisa jadi sesimple itu orang pacaran. Ada juga orang yang gonta-ganti pacar semudah mereka ganti baju tiap hari. Kesederhanaan jatuh cinta juga nggak bisa ditebak, faktor pandangan pertama, nggak sengaja ketemu, karena satu sekolah, satu kelas, satu organisasi, atau bahkan mungkin yang dulunya musuh sekarang udah nikah. Jatuh cinta emang nggak punya etika kalo bertamu, nggak pernah ngasih tahu si empunya hati kalau mau datang.
            Di sisi yang lain, jatuh cinta bukan hal yang mudah bagi sebagian orang lainnya. Selalu berbenturan dengan satu kata : RUMIT! Ya, ada orang yang sulit banget jatuh cinta, ada juga yang sulit buat orang lain nerima cintanya. Ada orang yang harus rela jadi mata-mata, menguntit tiap hari orang yang buatnya jatuh cinta, menyelidiki apapun yang dia lakukan, mencatat apapun yang dia suka, sampai akhirnya orang tersebut tahu banget detail-detail terkecil dari kehidupan orang yang dia suka. Tapi, karena terlalu lama menyelidik tanpa berani mengungkapkan perasaannya, yang dia dapat nol besar. Orang yang dia suka udah keburu diambil orang lain.
Ada yang berani mengungkapkannya, tapi ditolak. Sadisnya, dia nggak pernah berhenti buat ngejar orang yang dia suka, sampai akhirnya orang yang dia suka nyerah, bukan karena kasihan atau nggak ada pilihan lain, mungkin juga alasan itu benar, tapi mungkin juga karena dia mengakui kegigihan orang yang menyukainya. Ada orang yang beraninya hanya nitip salam, atau retronya, nyelipin surat diantara lembar-lembar buku catatan yang dia pinjem. Awalnya yang punya catatan cengar-cengir-merah-merona-tersipu-malu, tapi skenario yang berhasil cuma sampai disitu, karena lupa (atau biasanya sengaja) menulis nama pengirim. Orang yang dia sukai nggak akan pernah tahu siapa orang yang udah ngirim surat romantis itu. Ini bukan lagi jatuh cinta diam-diam, tapi jatuh cinta seorang pengecut.
Ada juga jatuh cinta yang gentleman, bersaing dengan sahabat untuk ngedapetin orang yang mereka berdua suka, konsekuensinya, salah satunya harus legowo menerima keputusan pilihan orang yang mereka suka. Bisa jadi malah bukan keduanya yang dipilih. Dan masih banyak lagi jatuh cinta yang kalo ditulis nggak akan habis-habisnya.
Bagaimanapun juga jatuh cinta butuh keberanian.
Keberanian itu yang nggak aku punya setelah putus dengan mantanku yang terakhir. Kesalahan yang aku lakukan kepadanya membuat keberanian yang aku punya jadi luntur. Keberanian jatuh cinta, keberanian pedekate, keberanian mengungkapkan rasa, keberanian mencintai dan keberanian dicintai, nggak satupun yang aku punya.
Aku bukan orang yang diberi Tuhan karunia untuk mudah dicintai dan mencintai orang yang tepat. Setelah “big bang” itu hidupku jadi berubah. Jatuh cinta jadi semacam phobia. Mungkin orang sepertiku yang udah mengecap rasa jatuh cinta, pasti selalu ingin lagi, tapi takut. Bingung? Sama….

bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

prev next