Rabu, 13 Juli 2011

Bismillah…

Bismillah…
Sungguh Allah sang Maha Suci, sementara aku hanyalah manusia hina penuh dosa
Sungguh Allah sang Maha Tinggi, sementara aku hanyalah manusia rendah yang sering membolak-balikkan moral
Sungguh Allah sang Maha Besar, sementara aku hanyalah sebutir pasir diantara kuasanya yang amat besar
Sungguh Allah sang Maha Kuasa, sementara aku tak sedikitpun memiliki daya dan upaya untuk membuat tulisan ini bermanfaat dan berarti, kecuali atas izin Allah
…kemampuanku buat nunda ternyata lebih besar dari kemampuanku buat ngelakuinya…
Selama ini aku rajin banged nunda-nunda pekerjaan yang harusnya diseleseikan segera. Pikirku, ah entar aja lah, kan entar juga bisa. Seharusnya apa yang bisa aku lakuin sekarang harusnya aku lakuin saat itu juga, sementara waktu sisanya bisa aku gunakan untuk hal yang lain. Karena sifatku yang suka nunda itu, banyak hal yang aku selesein dengan nggak maksimal, kerjaan jadi numpuk diakhir, tidur jadi nggak teratur. Sebenarnya aku nggak suka dengan hal ini, tapi buat ngerubah kebiasaan itu emang nggak gampang.
Waktu yang aku punya nyatanya nggak banyak, terbatas dan tinggal sebentar. Terbatasnya waktu itu berkaitan dengan orangtua. Buat apa sih aku kuliah, nulis, dan hal-hal lainnya? Pastinya untuk ngeraih kebahagiaan, kebahagiaan orang tua itu yang utama. Waktu yang dimiliki orang tuaku udah nggak banyak lagi. Mereka udah tua, umurnya udah kepala lima, bentar lagi kalo enggak mereka yang “pulang” duluan ya aku berarti.
Ibuku jadi kurusan sekarang, dan itu anomali banged. Keriputan diwajahnya jadi keliatan banged, sejumlah keriput itu pula perjuangannya buat ngehidupin keluargaku selama ini. Giginya pun udah “bolong” sana sini, senyumnya yang dulu manis sempurna sekarang jadi nggak sedap lagi, tapi ia masih manis kok, karena ia make gigi palsu. Tapi karena biaya hutang + biaya kuliahku udah banyak, ia milih pasang gigi ditempat yang bisa dapet harga miring, jadi giginya sering lepas. Hemh, coba aku punya duit. Parahnya ibuku mengidap diabetes dan juga tekanan darah tinggi, terakhir kali aku nganter control, darahnya udah tinggi parah. Sampek-sampek dokternya ngecek tensi darahnya sebanyak tiga kali. Ngecek terakhir dokternya nanya, “Ini bener buk darahnya segini?”. Masalahnya ibuku hanya guru SD yang sama sekali nggak ngerti kedokteran ya cuma geleng-geleng sambil senyum. Sekarang ia ngeluh sakit di lututnya, katanya nyeri banged. Dibuat gerak-gerak yang beratan dikit udah kerasa sakit.
Bapakku umurnya hampir sama dengan ibu cuma beda setahun. Penyakit tua juga menggerilya tubuhnya. Saat aku SMA, beberapa tahun lalu, ia kena gejala stroke. Sangat menyedihkan saat itu ngeliat seorang pria gagah yang biasanya apa-apa dia yang ngerjain sendiri, sekarang tergolek lemah diatas tempat tidur dan sebagian tubuhnya nggak bisa digerakin. Parahnya saat itu aku lag hot-hotnya berantem sama keluarga. Sumpah aku nyesel banged, dan itu salah satu kesalahanku yang nggak sulit banged aku maafkan. Sekarang udah sembuh, tapi kadang-kadang jari tangannya berasa kesemutan dan nggak kerasa apa-apa, kebas. Sekarang kerjanya juga terbatas, ia udah gampang capek.
Ngeliat itu semua aku merasa harus ngerubah gaya hidupku saat ini. Gaya hidup yang nggak membaikkan kehidupan, gaya hidup yang nggak ngedatengin bahagia buat orangtuaku. Mereka udah tua, fisik mereka tiap harinya digerilya penyakit, efeknya tiap hari fisiknya jadi semakin lemah. Waktuku terbatas buat ngebuktiin kalo aku bisa buat mereka bahagia. Aku pengen ngebuktiin juga kalo bisa jadi “orang”. Nyesel emang nggak ada gunanya, tapi sumpah aku nyesel selama ini kenapa aku nggak gunain waktu sebaik-baiknya.
Waktuku terbatas buat ngebuktiin kalo aku bisa jadi orang. Umur orang emang nggak bisa ditebak kapan berhentinya. Kalo nggak orangtuaku yang duluan pulang berarti aku yang harus ngedahuluin mereka. Karena itu aku sungguh-sungguh meminta kepada Mu Ya Allah, meminta agar sebelum salah satu dari kami pulang, berikanlah kesempatan kepadaku untuk ngebuktiin rasa cintaku kepada kedua orangtuaku. Berikanlah kesempatan kepada orangtuaku agar mereka bisa ngeliat aku jadi “orang”, sebentar pun tak apa. Izinkan Ya Allah, bukankah membahagiakan orangtua itu ibadah? Kuatkanlah mereka, sabarkanlah mereka, untuk menunggu hasil perjalananku.
Aku anak terakhir yang manja dan egois banged emang. Tapi dibahuku aku pikul harapan, ini bukan beban, tapi ini tantangan. Orangtuaku sudah melakukan banyak hal untuk survive, buat ngehidupin keluarga, buat nyekolahin kami bertiga. Dan sekarang semua usahanya itu dipertaruhkan untuk satu hal, kebahagiaanku. Nggak ada asatu orangtuapun yang pengen anaknya sengsara, karena bagi mereka kebahagiaan anak adalah kebahagiaan mereka juga, namun terkadang mereka juga nggak tahu cara yang tepat. Karena itu aku mulai menata hidupku yang dulu nggak punya tujuan, acak adut parah.
Ya Allah, sungguh aku tiada memiliki daya upaya sedikitpun, kecuali dengan izin, rahmat dan ridho Mu. Oleh karena itu aku memohon kepada Mu:
Bila perjalananku Engkau skenariokan untuk tidak bisa dimudahkan, aku meminta kepada Mu kekuatan yang mampu menempuh perjalan berat ini.
Bila perjalananku Engkau skenariokan untuk tidak bisa dipendekkan, aku meminta kepada Mu kesabaran yang membuat aku sampai ditujuan.
Bila perjalananku Engkau skenariokan untuk tidak bisa diluruskan, aku meminta kepada Mu ketelitianku dalam mengarungi perjalanan yang berkelok.
Bila perjalananku Engkau skenariokan untuk tidak bisa dilandaikan, aku meminta kepada Mu mental yang kuat untuk berjalan dijalan yang terjal.
Bila Engkau telah menakdirkan perjalananku, aku memohon kepadamu izin, rahmat dan ridho Mu untuk menjalani perjalanan ini.
Bagi Mu Ya Allah, segalanya itu mudah, dan Engkaulah peguasa alam semesta. Kuasa Mu juga meliputi diri dan hatiku, oleh karenanya aku meminta Ya Allah, janganlah hati dan diri ini mudah menyerah. Jangan sampai pula tujuanku berubah tidak lagi untuk beribadah kepada Mu.
*efek positif ESQ


0 komentar:

Posting Komentar

prev next